semua orang akan berada pada pijakan kedua kaki nya masing-masing, manusia egois memang sudah ada dari sananya. egois dalam banyak hal salah satu yang ingin saya bicarakan adalah tentang kita yang hidup seperti parasit yang menempel kepada orang lain. satu tahun rasanya, harusnya blog ini sudah terisi penuh dengan berbagai macam tulisan aneh dan freak dari saya, namun kenyataan nya tidak. blog ini sudah seperti rumah kosong yang ditinggal oleh pemiliknya sampai dengan berdebu.
Sudah lama tidak menulis sesuatu, entah ada apa di sore ini saat mengetik dan membuat tulisan sambil mendengarkan lagu menepi yang selalu dinyanyikan di setiap perjalanan trek gunung salak begitu mendominasi.
hampir setengah tahun lamanya tidak menginjakan kaki di sebuah pegunungan dan hutan, aroma sebuah tanah seakan hilang karna sudah lama tidak menghirupnya, dahan ranting yang saling bergesek saakan asing akan suaranya.
ga asik rasanya bila tidak bercerita terlebih dahulu atas pendakian satu ini, haha. butuh daya juang yang sangat, beda dari pendakian yang biasa atau pernah saya lakukan. di sebuah grup wa sudah dari jauh-jauh hari, seorang kawan mengabari ada yang mengajak muncak ke gunung salak puncak II pada hari itu saya ikut mengomentari kiriman nya bahwa tidak bisa ikut, karna ada acara keluarga cerita sampai disitu namun pada h-1 pendakian tiba-tiba kawan yang tidak lain tidak bukan mempengaruhi pendakian saya "Novi Masyanti" mengajak pada malam harinya, begitu semua rencana yang dituju untuk acara keluarga, berbelok seketika. meminta izin dengan begitu sangat tulus kepada orang tua agar mendapatkan restu, lampu hijau didapat, namun dengan sedikit memaksa.
*Malam jumat tanggal 14 agustus 2020, mengiyakan ajakan.
Sabtu tanggal 15 agustus 2020, packing dengan seadanya tidak terlalu banyak barang yang dibawa karna info dari kawan saya yaitu "krisna setiadi" untuk tidak terlalu membawa beban yang banyak. berangkat dari rumah "Novi Masyanti" jam 07.00 malam, dengan di jemput oleh "Asul Ramadhan" menggunakan satu motor 😂 cerita dibaliknya saya sudah minta izin bahwa akan ikut dibonceng oleh sodara kawan saya "mang dad" namun rencana nya berubah karna membawa lagi teman untuk mendaki. alhasil kami bertiga di sebuah motor (lenti, asul, novi). sampai di pertigaan jalan cibodas, kami berhenti dan menunggu krisna, sedikit membeli perlengkapan yang kurang di alfamart. 09.00 akhirnya berangkat ke bogor. sampai bogor jam 11.00 malam kurang lebih, kami berdiam diri di Bc SAI tempat teman-teman bogor berkumpul, packing ulang dan menunggu teman yang dari bekasi.
Minggu tanggal 16 agustus 2020, berangkat menuju Bc pendakian gunung salak via ajisaka yang beralamat di tamansari, bogor, jawabarat jam 12.30 malam, sungguh jalan yang tidak bisa diduga karna menanjak sehingga sebagian motor yang digunakan kawan-kawan lain tidak kuat menanjak, kurang lebih sampai di bc atau rumah abah narta jam 02.00 malam, saya sudah berfikiran akan langsung memulai pendakian pada jam 2 malam ini. namun ternyata tidak, agak sedikit jalan menanjak lalu menemukan spot camp yang dikelilingi oleh pohon pinus yang menjulang tinggi. kami semua bediam diri disana dan ada sebagian yang tidur tanpa menggunakan tenda, saya tidur hanya beralaskan flysheet dan langsung menghadap ke langit ini adalah momen langka selama dalam pendakian, dingin tentu, lapar jangan ditanya lagi, tapi tetap bisa tidur dan bermimpi indah haha. karna disini tempat air terakhir sebelum pendakian kami mengisi kompan dan beberapa botol yang dibawa. jam 06.00 memulai treking dengan diawali doa bersama, bismillah..
Bc abah narta (spot camp) - pintu rimba (Petilasan) 25 menit
jalan yang ditapaki adalah batu batuan yang tersusun, namun bila terkana air hujan maka licin sekali jadi harus berhati-hati. masih landai tidak terlalu menyiksa trek nya
Pintu rimba (petilasan) - pos haji solomod 180 menit
mulai terasa bengis trek yang disuguhkan, saya sendiri tidak menyangka akan selalu menguatkan diri terus sepanjang trek yang mulai menguras tenaga, emosi diri saya sendiri. sudah lama tidak mendaki gunung langsung merasakan sensasi kembali naik gunung yang lutut bertemu dengan dagu. banyak sekali istirahat namun tidak terlalu lama, sulit rasanya mendeskripsikan trek yang saya lalui dengan begitu terperinci karna fokus dengan bisakah saya tetap kuat dan tanpa mengeluh saat jalan. ini trek terpanjang saat menggendong cerier, saya sendiri bahkan tidak menyangka sampai bisa mengetik tulisan ini.dengan selamat sampai dirumah tanpa ada apapun, kecuali pegal yang teramat pada sekujur tubuh. sempat berhenti untuk makan siang, memang sekali lagi makanan yang kami makan adalah mie instan beraneka ragam rasa khas indonesia
Pos haji solomod - pos ksatria beuheung awi 90 menit
untuk 90 menit kurang lebih berjalan, trek yang di suguhkan pun istimewa sekali, beban masih di atas punggung meskipun tidak terlalu membawa barang yang memang memberatkan namun cukup lumayan dengan isi tas kala itu untuk trek salak. menguatkan diri sepanjang trek dengan tidak mengeluh sudah cukup lama tidak mendaki gunung kurang lebih 9 bulan, dan diawali dengan gunung salak yang membuat badan sakit-sakit 😂
jam menunjukan pukul 11.30 siang, saya kira akan lanjut sampai puncak salak 2 karna dengan waktu yang menurut saya akan cukup (haha padahal gatau sama sekali), ternyata sampai di pos kstria beuheung awi saja. tempat camp yang mungkin hanya menampung kurang lebih 10-20 tenda. dan pada saat itu tempat camp ini lumayan penuh karna mungkin sabtu-minggu, kami mendaki minggu pagi sampai dengan senin yang otomatis pasti kebagian tempat camp karna sebagian pulang. menunggu salah satu tenda yang pemiliknya baru saja turun dari puncak. pertama kalinya melihat akan membangun tenda tapi menunggu lapak orang lain yang akan pulang haha karna saya dengan krisna kami mendapat lapak untuk membangun tenda terlebih dahulu. meminta izin pada anggota grup yang lain untuk membangun tenda. akhirnya bisa rebahan setelah diberi trek yang subhanallah sekali, memasak logistik yang kami bawa dan sedikit mengobrol hal yang tidak penting. karna kami membangun tenda dari jam 12 siang rasanya aneh sekali terlalu lama di dalam tenda, namun juga enggan untuk keluar tenda karna sedikit agak ribet harus memakai sendal, saya lebih memilih di dalam tenda, mengganti baju dan lalu beristirahat ngemil.
karna di dalam tenda hanya terlihat samar-samar keluar dengan vegetasi hutan yang begitu lebat, iya salak identik dengan hutannya yang kata orang lain adalah mistis, kabut tebal turun menyelimuti area camp ini. saya kira sudah jam 5 sore ternyata saat melihat jam hanya baru sampai jam 2 siang, namun gelap matahari yang kadang saja menampakan diri. menuju malam akhirnya disambut dengan hujan, alhamdulillah sekali hujan yang turun kala malam itu tidak terlalu deras karna bisa jadi tenda yang kami diami basah sampai masuk ke dalam, tenda kami berisi 6 orang. posisi tidur yang sudah berubaha-ubah sejak jam 8 malam, sejujurnya bila terlalu lama di tenda yang ada akan sulit tidur entahlah aneh. bangun lagi sekitar jam 11 malam kami semua lapar kembali dan akhrinya memasak mie dan hujan masih terdengar suara gemericik nya. untuk malam di salak kala itu tidak terlalu dingin seperti biasa nya mungkin karna hujan, udara menjadi hangat dan ditenda terlalu banyak orang 😂 menjelang subuh kami semua mulai bisa terlelap untuk tidur. namun sudah harus bangun kembali karna summit menuju puncak.
Pos ksatria beuheung awi - puncak fajar kencana (60 menit)
badan yang sudah nyaman untuk beristirahat kembali lagi diharuskan untuk berjalan, karna trek yang sudah terguyur hujan semalam, menjadikan kami harus benar-benar berhati-hati sekali. karna bukan lagi trek yang menanjak sekarang namun licin pun mendominasi, menuju puncak fajar kencana yang katanya ini adalah puncak ke 7 dari gunung salak dari ke 12 puncaknya. trek yang kami lalui saat akan sebentar lagi ke puncak fajar kencana begitu curam karna sebelah sisinya adalah jurang yang entah berapa dalam. benar-benar hati-hati saat menginjakan kaki, karna ternyata yang kami injak adalah akar-akar serabut yang jarang sekali ada tanahnya.
Puncak fajar kencana - puncak salak 2 (90 menit)
ada banyak webing yang di lalui dan harus lebih mengeluarkan tenaga, banyak tanjakan yang menggunakan webing dengan tanjakan vertikal kira-kira 4 sampai 5 meter untuk bisa sampe ke atas. fisik, kecakapan, dan kewarasan benar-benar di uji disini. bila dihitung sampai puncak webing yang kami lalui ada sekitar 7 webing dengan trek yang licin, sedikit berbatu, dan bila jatuh ah sudah mental pun ikut jatuh bagi saya. karna tadi sudah sampai di puncak fajar kencana otomatis kami melewati terlebih dahulu turunan dan punggungan yang menghubungkan ke puncak salak 2. sudah enak di kasih turunan dan sedikit landai tapi eh menanjak nya kasar sekali haha, bisa yo berjuang.
Puncak salak 2
akhirnya tiba dengan rasa perut lapar di puncak salak 2, waktu itu jam 8.30 pagi karna kebetulan sekali kami datang saat tanggal 17 agustus 2020 bertepatan dengan kemerdekaan republik indonesia. menjadi suatu kebanggaan bisa ikut langsung upacara diatas puncak gunung salak. menyanyikan lagu 17 agustus, dan dilanjut dengan lagu indonesia raya membuat berdebar hati. bangga terhadap diri sendiri yang tidak mengeluh disepanjang trek gunung salak dan pada akhrinya sampai dipuncak melaksanakan upacara.
pulang kembali pada jam 10 pagi, menuju pos ksatria beuheung awi untuk packing dan membereskan tenda. kami semua kahabisan air untuk perjalanan turun. benar-benar habis, hanya tersisa sedikit air di botol spray untuk sholat. saya jatuh saat turun dari puncak untung saja tidak apa-apa hanya kotor pada celana dan baju, pertama kalinya dalam pendakian naik gunung saya takut sekali untuk turun benar merasakan takut yang teramat sampai diam terlebih dahulu dan berfikir saat melihat trek berwebing mengumpulkan keberanian yang sudah berserakan dimana-mana, menghela nafas dan mulai lagi berjalan lagi.
sampai kembali di rumah abah narta, pada pukul 5 sore kami bergegas menuju toilet dan sedikit membersihkan diri. dan juga meminum air yang banyak haha, setelah semua beres kembali lagi ke bc SAI tempat anak-anak bogor berkumpul. rombongan kami yang dari cianjur ada 3 motor namun saat di bc abah narta sudah pulang duluan karna ada kerjaan di cianjur. sampai di cianjur dengan melewati puncak pada malam hari memang sesuatu sekali selain lelah, dan mengantuk, dingin sekali bos puncak, sampai di rumah novi pada 11 malam. sudah tidak ingat apa-apa kami hanya ingin tidur.
special terimakasih kepada om dut, mang ambon, mang adul, dan semua teman-teman pendakian gunung salak ini. banyak sekali pelajaran yang saya ambil kali ini, benar-benar banyak. bagi anak perempuan seperti saya yang kadang mengeluh untuk apapun saya minta maaf juga bila saat di perjalanan kurang dalam hal berbicara dan sopan santun.
bagi kawan-kawan saya, novi, krisna, asul, mang dad, mang onggo. terimakasih sudah mengajak saya mungkin tanpa kalian saya ga bakal tau gimana itu salak, hehe
doa dihaturkan semoga dipertemukan kembali dipendakian selanjutnya, dan sehat adalah yang terpenting saat ini. 💛
Sebetulnya teramat harus dijelaskan, ini adalah bagian dari keegoisan yang seharusnya engga ditiru dan dibenarkan. maaf sebelumnya bagi yang membaca artikel ini, kenapa? karna untuk sebagian orang yang sedang bersusah payah tetap dirumah karna pandemi, dan tenaga medis yang sampai sekarang masih berjuang.
**
ada beberapa rencana yang kandas sejak bulan april kemarin, sudah terhitung 3 bulan lamanya dirumah. karna berpikir sudah terlalu lama, rencana kembali dibuat oleh sebagian teman dan juga diri saya sendiri. salah satunya main ke gunung mananggel, seharusnya memang bukan gunung sih hanya bukit di pinggiran kota cianjur. namun tetap jangan meremehkannya, Rabu 3 Juni 2020 rencana mengajak teman yang sudah terkumpul 6 orang termasuk saya, namun yang bisa saat hari H hanya 3 orang saja. modal nekat dengan 3 orang perempuan (saya, agni dan neni) sebenarnya neni sudah pernah ke mananggel namun karna sudah lama jadi ragu-ragu saat di trek. janji bertemu di tugu tauco, untuk sebagian orang cianjur mungkin hapal dengan bunderan legend ini iyaa tauco bahe wkwk. Pukul 8.30 seharusnya sudah berkumpul, namun seperti biasa satu sama lain saling menunggu. kami bertiga pada akhirnya berangkat pukul 9.30 menggunakan motor masing-masing dan agni bersama saya.menuju jalan baros, saya sudah mengira jalan nya akan menanjak dan benar saja. saya saat itu hawatir motor yang dipakai tidak akan kuat kalau dipakai menanjak namun alhamdulillah bisa sampai dengan selamat.
kira-kira sampai di tempat penitipan motor jam 10.30 sebenarnya posisi rumah ini masih jauh untuk masuk ke mananggel namun karna memikirkan keadaan motor kami menitipkan ke rumah seorang kenalan dari neni.
awal mula trek, masuk ke ladang milik warga di daerah baros, lumayan untuk pemanasan. kami bertiga melewati jalan yang memang langsung memotong agar lebih cepat, melewati jalan besar yang bisa roda empat lewati.
tidak ada patokan sama sekali untuk masuk ke gunung mananggel hanya mengandalkan ke-soktauan dan berani saja, hari itu matahari tidak terlalu terik ada awan baik yang selalu melindungi kami. terus berjalan dengan trek yang mulai mengecil untuk jalan setapak saja. disini awal mula kami tersasar karna salah mengambil belokan yang seharusnya mengambil jalan sebelah kanan malah mengambil jalan sebelah kiri. dengan pede nya kami terus jalan, namun aneh banyak sekali pohon bambu yang kami lewati semakin terus menanjak jalurnya tertutup rapat oleh rumput liar. alhasil kami menyerah dan kembali lagi ke jalan awal, lalu menanyakan pada seorang anak remaja yang sedang mencari rumput. dan katanya benar jalan yang kami lewati tadi itu, kedua kalinya kami kembali lagi ke trek yang melewati pohon bambu, sampai akhirnya kami menemui seorang bapa paruh bawa yang sama sedang mencari rumput. bahwa katanya jalan yang kami lewati ini memang bisa ke gunung mananggel namun dengan melewati gunung gentong dan estimasi waktu yang lama juga.
kembali lagi ke tempat awal, akhirnya bertemu lagi dengan bapa-bapa yang berbeda kami menanyakan kembali jalan dan akhirnya diantar ke trek yang sesungguhnya. "aduh pak terimakasih banyak, sehat terus" dan benar kali ini trek yang kami lalui menanjak dan licin, begitu mananggel ternyata. yang seharusnya di tempuh hanya 1 jam 30 menit untuk ke puncak. pada hari itu kami sampai jam 12.00 siang, 2 jam karna menyasar.
puncak mananggel, kami melewati makam. mungkin ini disebut petilasan karna tidak ada nya batu nisan atau nama yang tertera di makam, kami melewatinya dengan berhenti terlebih dahulu lalu membuat tawasul sebisa kami, mohon izin dan berdoa pada tuhan untuk siapapun yang ada di makam itu.
jika ingin mendirikan tenda di puncak mananggel mungkin bisa cukup untuk 5 tenda kurang lebih, ada tugu tentara dan view cianjur ke arah rawabango sangat jelas. kami memasak dan memasang hammock tidak begitu lama berdiam di puncak karna takut hujan pada saat turun.
sampai di bawah jam 4 sorean, dan kami langsung membawa motor lalu kemudian pulang ke rumah masing-masing. sudah tidak penasaran lagi perihal mananggel merasa aneh saja, mendaki gunung nan jauh ke kota orang lain, tapi tidak pernah menginjakan kaki di bukit kota sendiri. terimakasih agni, neni. semoga dipertemukan kembali di pendakian gemes lainnya.