Pendakian Gunung Ciremai Via Apuy

August 30, 2019

PENDAKIAN GUNUNG CIREMAI VIA APUY



Pendakian yang sangat-sangat mendadak, kenapa saya bilang seperti itu. Karna memang betul mendadak haha semakin kesini jadi semakin suka sama yang dadak dakakan teh hehe. ciremai ya atap jabar saya sendiri tidak terlalu ngebet ingin kesana, namun kembali lagi bila memang sudah saatnya saya bisa kesana sangat-sangat bersyukur sekali. Merencanakan dengan seorang teman yang memang kenal atau bertemu saat di gunung lawu, iya a farid namanya. 3 minggu sebelum kalo saya tidak salah saling chatingan perihal mendaki gunung dan akhirnya saya mengajak untuk bisa mengantar saya ke ciremai. Namun, karna ada hal dan lainnya pendakian dengan a farid pun kandas ya tidak jadi. Hem saya masih berfikir memang mungkin bukan saatnya. Lalu iseng dengan banyaknya candaan dengan a dejun. sama-sama kenal di gunung lawu, dengan dalih menanyakan perihal pekerjaan nya dan ujung-ujung nya beliau mau mengantar saya, rencana waktu itu hanya berdua saja. Namun lagi lagi mendaki hari h keberangkatan a dejun mengirimkan pesan chatingnya yang ternyata ada teman yang mau ikut. Ya iya saya kan saja toh lebih banyak orang pun lebih baik.
Perjalanan cianjur-padalarang, mungkin ada sebagian orang yang mengira saya suka naik bus antar kota sendirian saja, dan itu perkiraaan yang sangat-sangat keliru. Pertama kalinya saya menaiki sebuah bus meskipun ke padalarang dengan seorang diri, pengalaman pertama yang luarbiasa.
Sesampainya di padalarang, dengan baik hati a dejun menjemput saya dan menginap satu malam di rumahnya. Setelah perbincangan dengan a fikri untuk saling mengenal kami pun mulai dengan belanja logistic dan mulai mempacking barang. Di sela-sela sedang mempacking barang, saya mendapatkan telepon dari teh masriah yang katanya mau ikut, wah disiitu saya amat sangat senang karna ada perempuan lain di pendakian kali ini. Katanya akan menyusul pada subuh nanti.
Perjalanan menggunakan sepeda motor, berawal dari 2 motor menjadi 3 motor Karna memang majalengka cukup jauh harus di tempuh kurang lebih 4 jam lamanya. A dejun mengajak saya dan a fikri untuk berangkat jam 4 pagi buta. Karna teh masriah sudah bilang akan ikut dia berangkat dari cianjur pukup 3 subuh, dan akhirnya bertemu di sumedang, wah hebat sekali memang. Sampai di kabupaten majalengka kota yang lumayan tersusun rapih dan seperti nya cukup ramah orang-orang nya, karna memang logistic belum ada semua, saya menyarankan agar untuk berhenti dulu di pasar Maja Utara cukup kaget dengan logat orang disana ternyata seperti banten ya, sunda dengan “bae” nya, haha unik sekali. Sudah terlihat gunung ciremai yang teramat tinggi nan besar, wah luarbiasa ciptaan tuhan memang sontak tak bisa dihentikan indahnya.




Perjalanan menuju basecamp apuy saya pikir jalan nya akan semudah jalan menuju bc gunung gede iya cibodas, sudah teraspal dan banyak rumah-rumah ternyata saya keliru disanan sebagian besar bercocok tanam seperti kentang, sawi dan yang lain-lain. Jalan pun menanjak dan menurun, dan dengan jalan yang hanya cukup untuk satu mobil saja. berhubung saya melakukan pendakian pada weekday yaitu hari kerja, bc serasa sangat sepi pengunjung . Saya berangkat dari cianjur 9 juli 2019 dan memulai pendakain tanggal 10 juli 2019. Mempacking ulang, bayar simaksi, dan makan sebelum pendakian.
Gunung ciremai sebenarnya memiliki nama Ceremai, namun tatar sunda yang sering menggunkan “ci” dalam menamai suatu daerah, jadilah sampe sekarang di sebut atau di tulis Ciremai.

Bc-pos 1 Arban (1600 Mdpl)

Pintu masuk simaksi 

Pos 1 Arban 
Disuguhkan jalan yang landai, dengan bekas seperti sudah teraspal namun mengelupas, kanan dan kiri di hiasi dengan pohon cemara. Masih sanggup bernafas belum hah heh hoh guuys satu-satu nya pos, dengan atap dan lumayan nyaman

Pos 1 Arban – Pos 2 Tegal Pasang (1940 Mdpl)




Mulai menanjak, benar-benar menanjak kanan kiri pohon besar dan pijakan sebuah tanah padat berdebu dan akar-akar pohon, sedikit terpisah a fikri berjalan terlebih dahulu. Saya, teh masriah, away, dan a dejun berjalan santai di belakang. Karna sudah memasuki waktu dzhur kami bertayamum dan melaksananakan sholat jama, di tegal pasang ini, area nya lumayan cukup luas. Dan tidak terlalu berdebu. Namun sekali lagi memang ciremai dikenal dengan tidak ada mata air di tiap pos nya.

Pos 2 Tegal Pasang – Pos 3 Tegal Masawa (2112 Mdpl)



Setelah selesai di pos 2, saya beranjak dengan teh masriah. Away yang kala itu merakasan sakit pada lututnya berjalanan agak pelan di belakang dengan a dejun, sejujur nya saat di trek berdua hanya perempuan saja meskipun siang jujur saya takut, dengan posisi ciremai yang kala itu sepi jarang sekali pendaki yang hilir mudik naik ataupun turun. Namun dengan ketakutan seperti itu saya jadi jarang beristirahat dan terus berjalan saja. Sampai di pos 3 dan bertemu a fikri.

Pos 3 Tegal Masawa – Pos 4 Tegal Jamuju (2326 Mdpl)



Jadi intinya bila ingin sampai puncak/tempat camp jangan terlalu banyak istirahat sebetulnya, lelah pasti namun bila terlalu lama maka akan semakin lama menuju puncak, pelajaran yang saya ambil dari ciremai adalah ketakukan yang membuat melangkahkan kaki, dan bila memang sudah lelah cukup berhenti mengatur napas 1 atau 2 menit dan lanjut berjalan. Karna di pos 4 ini sudah deket dengan pos camp yaitu pos 5, kami membuka makanan dan berdiam agak lama, sambil menunggu away dan a dejun. Kembali lagi dengan mie instan, memang sudah berapa kali naik gunung mie instan tetaplah primadona. Ada 2 tenda di pos 4 ini, mereka sedang asyik makan. Tiba-tiba saja ada yang menawarkan kami daging ayam dan telur yang sudah matang, dan siap di santap. Karna memang rezeki tidak boleh ditolak kami mengiyakan untuk di ambil dan menyimpan nya dengan aman.

Pos 4 Tegal Jamuju – Pos 5 Sanghyang Rangkah (2557 Mdpl)



Sampai di tempat camp, dengan sisa tenga terakhir. Jam menunjukan pukul 16.30 sore, saya a dejun a fikri sampai duluan, di belakang ada away dan teh masriah, sebenarnya salah meninggalkan yang sedang cendra dan perempuan di belakang, namun alangkah lebih baiknya, membuka tenda terlebih dahulu dan menjempunya kembali itu yang ada di pikiran saya kala itu. Namun Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa selesai memasang tenda away dan teh masriah sudah sampai di pos 5, katanya a dejun yang sudah pernah ke ciremai di pos 5 ini bila sedang musim liburan akan sangat sesak dan penuh sekali dengan pendaki lain, saya merasa ada beruntung nya juga karna selain tidak terlalu banyak orang debu yang bertebaran pun sedikit tidak terhirup hidung karna bekas pijakan kaki seseorang. Semakin malam, dingin yang sudah terasa sedari sore pun semakin terasa. Memasak untuk santap malam lalu beristirahat.

Pos 5 Saghyang Rahkah – Pos 6 Goa Walet (2.945 Mdpl)



Summit pertama kalinya dalam mendaki gunung, oh seperti ini rasanya summit? Ngantuk, dingin, dan jujur saja badan masih terasa pegal-pegal karna tidur yang kurang nyenyak. Teh masriah dan a fikri summit terlebih dahulu sekitar pukul 4.30 pagi buta, dan saya bersama a dejun, dan away jam 5 pagi, sebelum berangkat sedikit memakan makanan agar tidak terlalu banyak kemasukan angin :’v tantangan terberat bagi saya adalah mual saat terkena angin gunung dan akhirnya muntah hehe, maap engga sering ko L  trek menuju puncak seperti sebuah lahar yang sudah mongering puluhan tahun lalu, berdebu, berbabtum dan sedikit vegetasi pohon. Dan tak lupuk dengan menanjak.

Pos 6 Goa Walet – Puncak gunung Ciremai (3078 Mdpl)





Sedari awal mendekati puncak, sudah bisa di ditebak bau belerang yang mulai tericum samar-samar. Dengan langkah-langkah kaki kecil saya akhirnya bisa sampai di puncak awalnya sih ingin melihat matahari terbit karna kondisi tidak memungkinkan jadi, matahari terbit nya sudah terlihat dari saat di bawah tadi hehe.
Sebenarnya puncak tertinggi gunung ciremai adalah Sunan Cirebon (3078), dan yang deket di jalur pendakian gunung apuy&palutungan adalah puncak Pangeran talaga dengan ketinggian (3058), adapun puncak lain yaitu Lawang gede (3046) di dekat jalur Linggarjati. Dan satu lagi puncak Sunan Mataram (3046) bagus sekali nama puncak yang indah di ambil dari salah satu walisongo yang terkenal di jabar maupun jateng.
Menikmati puncak ciremai dengan tidak terlalu banyak orang, dan juga puncak ciremai yang kala itu tidak terlalu dingin dan barangin.
Tidak ketinggalan kawah gunung ciremai, yang dalam sekali. Benar-merasa kecil di hadapan sebuah gunung, apalagi nanti dihadapan sang pencipta. Terdapat dua kawah di gunung ciremai Kawah barat yang meletus pada tahun 1698 M dan kawah timur yang meletus pada tahun 1924 M dengan diameter 420,5 m kedalaman 427,5 m dan kemiringan kawah dari puncak 600m.
Perjalanan turun, karna hari beranjak semakin siang. Kami semua memutuskan untuk turun dan akan kembali melanjutkan perjalanan menuju padalarang dan cianjur. Perasaan sedih menyelimuti tapi saya tetap bersyukur bisa menapaki ciremai.
Terimakasih a dejun, a fikri, teh masriah, away. Maaf pendakian kali ini memang sangat mendadak tapi tidak mengurangi insentitas serunya dalam pendakian. Maaf bilamana saya sebagai teman kurang dalam berbicara sopan, dan selalu menyinggung ataupun menyakiti. Saya sadar saya manusia penuh dengan kekurangan dan kebodohan mohon dimaafkan.
Sedikit tambahan cerita, saya tidak langsung pulang ke cianjur namun menginap satu malam lagi di rumah a dejun, total hari saat saya ke ciremai adalah 4 hari 3 malam, sungguh teramat beruntung terimakasih a, dan jamuan rumahnya. Bersyukur! Kembali ke cianjur seorang diri menaiki Bus padalarang-Cianjur. Selamat tinggal ciremai, padalarang semoga dapat kembali lagi dengan cerita yang berbeda.  











Majalengka di sore


You Might Also Like

1 komentar