Dari belakang dengan sebuah perspektif

March 28, 2020

Minggu 8 Maret 2020, sudah lama tidak membuat tulisan. Hari itu dengan segudang sudut pandang yang saya terima dimulai dari cerita sesorang hingga perdebatan kecil saat berkumpul dengan teman, membicarakan banyak hal dari mulai pandemic, isu poltik, agama, bahkan sampai dengan masalah pribadi. ketika terlalu sering mendengarkan ada saatnya didengarkan. tidak apa hanya sebentar, tidak apa juga tidak terlalu sering, cukup adalah kata kuncinya. kenapa seperti itu? ya karna yang berlebihan itu tidak baik. tulisan ini ditulis secara berkala, tidak seharian penuh berhubung keadaan mood yang selalu naik turun dan kemasalan yang mehadang jadilah suatu tulisan tidak selalu selesai tepat waktu, tidak apa. karna saya menulis hanya bertujuan untuk meluruskan benang kusut yang ada dikepala. tidak sertamerta menulis untuk tujuan deadline dan lain-lain. namun bila ada yang menunggu tulisan saya hehe terimakasih banyak loh peluk jauh karna sedang ada wabah pandemic covid-19.
oh iya perihal virus yang sedang melanda dunia ini, saya pribadi merasakan imbasnya. yang seharusnya kerja full pada bulan maret ini harus tidak terlaksana karna untuk pencegahan penyebarluasan covid-19. dan meskipun libur kerja, tetap saja harus #dirumahaja tidak boleh kumpul-kumpul bersama teman, dan tidak boleh keluar rumah kecuali keadaan mendesak saja.
mulai dengan seperti ini, bisa kembali dengan rutin menulis blog kembali. memang didasari gabut tapi gabut yang produktif menurut saya pribadi. karna kuliah yang seharusnya terjadwalkan satu minggu bisa diselesaikan selama dua hari saja, hehe...
sekarang sedang duduk mengetik dan memikirkan semoga bumi lekas membaik dan semua keadaan kembali normal seperti biasanya. ada sebuah tweet yang menuliskan seperti ini "dengan rebahan kita dapat menyelamatkan negera" terkesan lawak namun memang betul keadaan nya sekarang seperti itu, kapan lagi dengan rebahan kita dapat menyelamatkan negara kan?
tapi dalam hal perekonomian, sepertinya seluruh dunia merasakan imbasnya dimulai dengan ekonomi kecil, menengah, sampai atas harus rela meliburkan pekerja nya, dan menghentikan jalan nya produksi.

random banget ini, lanjutan tulisan...
kadang ya, sama orang pinter itu kita jadi takut sendiri, minder sendiri buat bicara atau mengutarakan pendapat, beberapa hari yang lalu ingin rasanya diperdebatkan karna sebuah postingan, tapi saya mengurungkan niatnya selalu berpikir orang lain punya argumen nya masih-masing perihal satu masalah itu.
kadang, salah juga ngerasa argumen kita paling bener, bingung juga sih. argumen yang terasa paling benar dan argumen yang seharusnya diterima itu berat dikeduanya untuk bisa di utarakan dan untuk bisa diterima.

wow, sudah #dirumahsaja selama 63 hari terhitung dari mulainya kondisi darurat covid-19, selama libur tersebut tidak semua hari berdiam diri dirumah sih, ada beberapa hari yang memang harus diselesaikan di luar rumah. bersyukur tidak punya uang, loh kenapa malah bersyukur? iyaa haha begini karna dengan tidak punya uang saya menjadi tidak terlalu banyak jajan hm atau membeli hal-hal yang dirasa memang kurang berguna, yang pada akhirnya barang tersebut menjadi sampah. selain tidak punya uang, tidur pun menjadi sangat cukup. cukuppp sampe hampir mengalahkan beruang yang sedang berhibernasi, mengerjakan tugas kuliah dengan tidak perlu tergesa-gesa tapi kalo sudah deadline kewalahan sendiri, banyak nonton film terutama drama korea, dan membaca buku. kalo mungkin jarang banget upload di sosmed, bukan berarti saya berubah menjadi introvert ya. bisa jadi memang tidak ada hal yang penting bisa dibagikan. selama dirumah ya seperti itu kerjaan saya, atau paling tidak membersihkan peralatan gunung yang mulai lembab karna terlalu lama disimpan. hehe sehat-sehat ya semua. 

You Might Also Like

0 komentar