GUNUNG GUNTUR VIA CURUG CITIIS

September 29, 2018

PENDAKIAN GUNUNG GUNTUR VIA CURUG CITIIS
DESA PASAWAHAN KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT JAWA BARAT. GUNTUR DEKAT DI MATA NAMUN LEMAS DI DENGKUL.


Lagi-lagi membuat tulisan pengalaman mendaki, ya yang saya bisa bagikan hanya sebuah pengalaman dalam bentuk cerita dalam blog. Nah, disini adakalanya cerita namun kebetulan sulit karna dalam memulai pendakian harus menyiapkan uang, waktu, dan paling penting fisik yang utama. Kali ini saya akan bercerita tentang pendakian saya ke gunung Guntur sebelum nya saya ingin mengenalkan gunung Guntur terlebih dahulu. Gunung Guntur terletak di desa pasawahan kecamatan Tarogong kaler kabupaten Garut nah kebetulan saya memakai jalur via curug Citiis, ini adalah akses ke Guntur yang hanya memakan waktu kurang lebih 6 jam sudah bisa sampai puncak. Gunung Guntur adalah gunung yang memiliki tipe stratovolcano dengan bentuk kerucut memiliki 4 puncak dan puncak tertinggi memliki mdpl 2249, waktu itu saya hanya sampai ke puncak 1 hehe abaikan lanjutt…
Setelah sudah sekian lama tidak lagi merencanakan naik gunung.Akhirnya, kerinduan pun datang, saya di ajak oleh teman laki-laki yang kala itu pernah andil dalam pendakian ke gunung gede pangrango 1 tahun silam Namanya Dika. Jelas disini saya tidak akan menyianyiakan kesempatan emas untuk kembali lagi dalam pendakian, ketika di ajaknya jawaban saya “ya saya ikut” dalam room chat whatsup kala itu. Dan seperti biasa persiapan fisik, uang maupun mental kembali lagi saya siapkan dan karna waktu itu 2 minggu sebelum keberangkatan, oh ya mungkin sebagian dari kalian menganggap saya lebay “gunung nya juga keliatan ko, gunung nya juga hanya 2249 mdpl ah itumah rendah” bukan karna rendah atau tinggi nya sebuah gunung yang saya ingin adalah saya siap mandiri mengangkat beban di pundak dengan perjalanan yang cukup menguras tenaga dengan tidak merepotkan kawan-kawan saya, saya tau mereka pun sama kesusahan cukup saya dan diri saya. 
Hari itu tanggal 16 Agustus dari pagi sampai siang percaya atau tidak saya masih bekerja, padahal sore hari nya harus sudah siap-siap untuk berangkat ke garut. Biarlah waktu masih panjang nanti juga rapih ko hehe. Nyatanya waktu itu menunjukan pukul 14.00 dan saya sudah sampai rumah akhirnya beres-beres packing ulang cerier, setelah pamitan dengan bapa dan mama yang waktu itu mama agak cemberut namun ya sudahlah, beliau sudah tau anaknya yang egois ini *maaf ma ☹ lalu saya sedikit agak merengek ingin di antar ke jalan Siliwangi karna teman saya Dika akan menjemput disana. 15 menit berlalu sambil menunggu datanglah Dika dengan motor beat biru putih yang seperti nya bersih karna di steam, ke rumah teman nya di daerah pasir hayam cianjur. 
Sore hari jam 15:00 kurang lebih. Saya, Dika, Mang Rouf, dan Mang Endang. Akhirnya berangkat ke Garut menggunakan sepedah motor, saya dengan Dika dan Mang Rouf dengan Mang Endang. Sungguh perjalanan yang panjang menggunakan sepeda motor dan dengan  punggung yang menggendong tas cerier yang yahh begitulah berat adanya namun hati senang, kala itu rencana sampai di Garut pukul 21:00 ternyata ngaret yang sangat luar biasa dikarenakan macet kalian pasti sudah tau kota Bandung dengan segala hirup pikuk nya bagaimana padahal kala itu sudah lewat jam-jam pulang kantor, ah sudahlah biar lah kata hati saya biar saya nikmati saja perjalanan nya. Karna terlalu macet sangat Dika, saya, dan teman-teman yang lainnya memutuskan untuk beristirahat di daerah Cibiru tepatnya di rumah sodara Dika mereka sangat baik menerima kita dengan keikhlasan nya padahal kala itu sudah sangat malam pula, kami makan dan packing ulang karna sebelum nya belanja logistik di Alfa*art setelah sedikit berleha-leha mengobrol dan memasang GPS untuk perjalanan selanjutnya, kami pun berpamitan kepada pemilik rumah mereka sangat hawatir karna kala itu saya adalah perempuan satu-satu nya dalam rombongan.
Jam 22:00 akhirnya perjalanan menuju garut, alhamdulillah jalanan lengang mungkin karna sudah malam juga, kami ber empat serasa pemilik jalan yang luas kala itu hehe. Jalan menuju garut menurut saya lebih menegangkan dibanding kan naik bus jurusan wonosobo-deing waktu itu (baca part gunung Prau) jalanan yang kadang menurun, berbelok tajam, menanjak ah sudahlah… dingin pula waktu itu.
Sudah masuk kabatupaten Garut, kira-kira jam 24:00 atau jam 12:00 malam. Karna saya melihat tugu selamat datang. Kami ber empat tidak ada yang mengetahui jalan ke arah basecamp Guntur Via curug Citiis, sudah beberapa kali menanyakan pada google namun tak kunjung menemukan hasil, sulit mau menanyakan arah jalan pada manusia yang masih melek pada waktu itu, namun akhirnya setelah 1 jam berhenti lalu melihat sekitar akhirnya kita dapat menemukan sekumpulan bapa-bapa dengan sarung dan kupluk nya, sedang berkumpul di suatu warung kecil, dan ngopi-ngopi kala itu. Kami menanyakan arah jalan ke Guntur Via curug Citiis, ternyata menurut bapa-bapa tersebut kami kelewatan beberapa kilometer, kami mangiyakan lalu berterimakasih. 
Karna terlewat kami pun putar balik dan alhamdulillah akhirnya menemukan gapura bertuliskan “Selamat datang di wisata Curug Citiis”  2 jam berlalu pada jam 02:00 dini hari kami pun tiba di basecamp lebih tepat nya rumah warga yang menampung para pendaki dari berbagai daerah yang ingin menghabiskan waktu libur 17an di Gunung Guntur. Karna sudah mulai Lelah saat diperjalanan tadi, kami ber-empat memutuskan untuk mulai pendakian pada esok harinya, mungkin sudah terlewat ngantuk kami tidak langsung tidur ada yang ngopi dan mulai berbincang-bincang ringan dengan pemilik rumah, beliau bernama pa Alit, ada sebagian pelajaran yang saya ambil dari pak Alit intinya “ketika naik gunung itu jangan sompral, kita tamu jadi sopan lah selayaknya tamu yang berkunjung ke rumah orang lain”  tak terasa bincangan-bincangan tersebut semakin banyak pelajaran, namun saya undur diri terlebih dahulu karna merasa ngantuk itu muncul lagi.. 
Pagi hari kira-kira jam 05:00 pada tanggal 17 Agustus, saya bangun lalu melihat teman-teman yang lain tertidur di tempat ya ng terpisah di rumah pak alit, ohh ternyata mereka tidur disini. Semakin siang kami pun bersiap karna barang dari cerier yang di keluarkan lagi untuk di pakai tidur pada malam hari nya, kita semua packing lagi. 
Memulai treking jam 7 pagi setalah mendapat surat izin mendaki dari Pa Rt Setempat dan mengisi perut dengan makanan di warteg milik warga, kami pun berangkat memulai dengan berdoa untuk keselamatan saat di perjalanan.
Basecamp - Pos 1 (1 Jam)


Perjalanan dimulai dengan jalan yang landai berbatu dengan sedikit berpasir sisi kanan dan kiri adalah bekas galian pasir milik warga, perjalanan belum berat masih biasa saja. Dan juga bagi kalian yang hobi jajan di gunung tidak usah risau atau pun hawatir karna di Guntur banyak sekali warung-warung yang berjejer siap sedia dikala kalian semua mulai lapar. Saya kira trek menuju pos 1 itu tidak memakan waktu lama huft realita yang tak sesuai expektasi pun muncul. Tak terasa keringat mulai semakin banyak belum juga sampai ke pos 1 pada akhirnya kami ber-empat istirahat sejenak menurunkan cerier, bukan karna menanjak nya yang parah kala itu tapi betapa jauh nya dari basecamp ke pos 1. Akhirnya sampai di pos 1 karena identik dengan tempat duduk yang banyak terbuat dari bambu berjejer di area pos 1 dan juga di kelilingi oleh pohon pinus yang lumayan banyak, ada 1 bangunan permanen yang membuat berbeda diarea pos 1 ini, oh ternyata tempat tersebut adalah tempat pembayaran simaksi Gunung Guntur. Dikarenakan cukup Panjang mengantri untuk bayar simaksi kami bisa beristirahat cukup lama sekitar 15 menit. Dan akhirnya dika berhasil mendapatkan simaksi untuk kami ber-empat. Oh ya di gunung Guntur banyak sekali sumber air jadi jangan risau apabila kalian semua kehabisan air.



Pos 1- Pos 2 (30 menit)

Awalan pendakian ke pos 2 lumayan teduh karna pohon yang rindang dan tidak terlalu menanjak, namun setelah melewati air terjun citiis disini mulai melewati tanjakan yang terjal dengan trek bebatuan, tenaga mulai terkuras habis karna betul lutut bertemu dagu kala itu, tanjakan yang curam dan batu-batu yang lumayan licin menguji kesabaran, kita harus saling bergantian memberi jalan dengan pendaki lain yang akan turun saya tidak masalah karna cukup untuk berhenti dan istirahat sejenak namun, adakalanya tidak enak karna debu yang begitu banyak memberikan kesan kotar pada baju saya, hidung pun terasa banyak sekali debu yang masuk. 
Anehnya, waktu itu saya malah ketawa-ketawa dengan dika dan mang endang membicarakan apapun yang lucu saat di trek, cape memang namun tak terasa pos 2 terlewat begitu saja, alhasil saya tidak beristirahat di pos 2.

Pos 2-3 (30 menit)

Tidak jauh dari sebelumnya trek masih menyiksa dengan batu-batu yang curam menanjak dan berdebu, di jalur ini harus sangat hati-hati terutama saat akan turun. Setelah dari situ trek mulai berubah meninggal vegetasi pepohonan dan mulai banyak ilalang di sisi kanan kirinya, berjalan dengan perlahan karna trek berpasir padat namun licin saya menyarankan untuk kalian menggunakan  sepatu treking yang memang khusus untuk naik gunung. Karna matahari yang semakin tinggi saya, dika, dan mang endang memutuskan untuk beristirahat sembari menunggu agar cuaca tidak terlalu panas, karna bila sudah sampai pos 3 di tempat camp tidak ada pohon sama sekali. Kami beristirahat di sekitaran trek dengan hanya terhalang oleh ilalang, karna menunggu cukup lama kami mengeluarkan cemilan yang di bawa dika ada tiktuk, moring, seblak kering dan lain-lain enak namanya juga cemilan, iya memang tidak ada kadar gizi nya dan tidak cocok untuk pendakian ya bagaimana lagi abisnya enak.
Matahari mulai tertutup awan sedikit saya pun mulai melanjutkan jalan ke pos 3 yang sudah terlihat sedari tadi saat beristirahat, sengaja jalan saya lambatkan *hmm bisa saja alasan nya padahal cape itu, saya jadi ketinggalan rombongan.

Pos 3-tempat camp


Setelah sampai di pos 3 yang kala itu sangat-sangat ramai dengan pendaki lainnya saya hampir tidak dapat menemukan dika dan yang lainya, untung lah mata ini masih jeli liat kawan sendiri, bahkan mata ini sangat jeli melihat pendaki rupawan *ehem. Ternyata waktu itu dika sedang melaporkan simaksi kami ber-empat pada penjaga pos 3 disini kami diberi arahan agar tidak membuat api unggun, tidak membuang puntung roko sembarangan, tidak boleh membuang sampah sembarangan, itu semua menurut saya adalah arahan aturan yang lumrah di setiap gunung pun seperti itu. Namun, di gunung Guntur ini ada pemberitahuan yang cukup membuat saya kaget yaitu rawan nya pencuri atau maling atau tangan-tangan jahil yang mengambil barang padahal bukan haknya, bahkan kami di himbau agar tidur bergantian karna ditakutkan ada salah satu barang yang hilang ketika semua terlelap.
Setelah cukup mendengarkan ceramah dari pos penjaga 3 kami pun mulai mencari area yang nyaman untuk mendirikan tenda, tidak memerlukan waktu lama kami pun membongkar isi cerier kami dan mengeluarkan barang-barang yang akan di pakai. Ntah mengapa hari sangat lambat kala itu kami ber-empat malah sempat sempat nya tidur siang dengan keadaan tenda yang panas ah sudahlah mengantuk memang wajar. 1,5 jam tertidur tidak terlalu pulas namun cukup mengistirahkan badan. Setelah bangun mulai perut berbunyi meminta makan, alhasil hanya memakan cemilan bekas di trek tadi dan mie instan, ya mie instan lagi-lagi duh tak saya pungkiri memang enak mie instan itu di makan saat di gunung hmm. Semakin turun matahari kala itu, dika membuat sebuah rencana yang membuat saya sedikit kesal, namun tidak apa-apa. Dika, mang rouf, dan mang endang memutuskan untuk ke Puncak terlebih dahulu karna mengejar sunset. Saya kebagian menjaga tenda sendiri anak perempuan yang lucu ini ditanggal dalam tenda sendiri ☹
Waktu jam 15:00 mereka pun berangkat, saya memberitahu pada mereka bahwa sebelum jam 7 malam harus sudah ada di tenda lagi alias harus sudah turun dari puncak ke pos 3 lagi, mereka mengiyakan. Pertama kali saya ditinggalkan di dalam tenda sendiri sudah main hp (karna di Guntur ada sinyal ya), tidur lagi, bangun, main hp lagi, tidur lagi. Ntah sudah berapa jam saya tidur. Bosan, bosan sekali menunggu teman-teman yang lain. Tadinya saya yang akan andil dalam memasak untuk di santap setelah teman-teman yang lain sudah turun dari puncak. Namun, apalah daya waktu itu saya tidak bisa menyalakan kompor saya sendiri lucu memang, akhirnya menyerah dari pada terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan. 2,5 jam berlalu akhirnya dika pulang dan yang lainnya, saya sangat-sangat senang kala itu seperti seorang ibu yang menunggu anak-anak nya pulang haha.
Setelah semuanya sudah berada di dalam tenda sedikit bercerita pada saya perihal trek saat ke puncak “bisa tidak saya ke puncak” dalam hati. Santap malam pun siap, makanan buatan dika kala itu membekas karna enak nasi putih hangat, nugget, mie+telor, dan ikan asin. Karna mungkin ke-3 orang ini kelelahan mereka tidak bergadang setelah selesai makan, mengobrol sedikit lalu tidur.

Pos 3 – Puncak (2 jam )



Pagi harinya tanggal 18 Agustus, saya terbangun oleh suara pendaki yang akan summit ke puncak kalo tidak salah waktu itu pukul 04:00 subuh, dika pun terbangun di balik sleping bag nya dia  berbicara “mau summit subuh ga?” saya tidak berbicara namun memang ingin, karna hawa yang dingin dan mata masih ingin tidur saya pun kembali dalam hangat sleping bag. Namun waktu itu tidak bisa tidur lagi karna berisik akhirnya saya mencoba untuk berwudhu dan waktu tidak terlalu sulit untuk mencari air bahkan Wc di pos 3 gunung Guntur, Usai solat shubuh saya kembali tertidur cukup pulas ternyata saya kesiangan terbangunkan oleh sunrise kala itu ya ampun matahari sudah terbit dan saya baru bangun, untung saja masih bisa melihat sunrise meskipun tidak terlalu pagi sekali.




Saya asik berfoto dengan bantuan mang rouf karna sayang matahari kala itu yang indah kalo tidak diabadikan, Sambil menunggu air panas untuk menyeduh susu jahe.
Saya, dika, mang rouf akhirnya bersiap ke puncak setelah memakai geither(pelindung kaki) membawa tas kecil dan minum secukupnya.Mulai..
Start jam 7 pagi trek dengan pasir bercampur kerikir memang sudah ada sejak tiba di pos 3 semakin menanjak semakin sulit karna licin, melangkahkan kaki lalu turun lagi sangat menguji kesabaran, belum lagi harus pintar pintar memilih jalan yang padat kalo tidak sudah tergelincir sejak tadi, saat di trek dengan kemiringan 45 derajat tiba-tiba saya mimikirkan kamatian “apakah bila saya jatuh lalu akan meninggal disini, atau apakah bila ada batu dari atas menimpa kepala saya lalu saya akan meninggal disini” iya tau lebay ya. dengan beberapa pikiran yang seperti itu saya tetap melangkah kan kaki menuju puncak, pertengahan jalan saya melihat indah nya kota garut, semakin bersemangat untuk ke puncak karna yakin di atas sana pasti akan lebih indah. Namun halangan kembali datang persedian air yang saya bawa habis dan masih sekitar 15 menit lagi ke puncak, untunglah ada mas-mas yang baik hati memberikan air minum  nya pada saya dan yang lain, terselamatkan lagi-lagi. Akirnya sampai puncak dengan sedikit tenaga yang tersisa. Banyak sekali pendaki yang bilang Guntur adalah miniaturnya gunung semeru, mungkin karna trek berpasir nya (mungkin). Bisa berdiri di puncak 1 gunung Guntur saja saya sudah senang karna pengalaman nya tapi bila diminta untuk kembali ke Guntur saya akan memikirkan ber ulang-ulang kali lagi.


Sekitar 15 menit di puncak, dika yang sibuk berselfie dengan latar belakang kawah Guntur, saya duduk diam karna panas tidak terlalu banyak mengambil foto namun ada beberapa-beberapa untuk koleksi Instagram. Akhirnya kami memutuskan untuk turun karna matahari semakin tinggi jam yang berada di tangan saya menunjukkakn pukul 10:00 luar biasa sangat sangat panas di puncak gunung tidak ada pohon sama sekali hanya ilalang dan pasir berbatu.



Saat turun lagi-lagi takut menghampiri saya, bagaimana tidak pasir yang dalam hampir mengubur lutut saya dan dengan kemiringan 45 derajat harus di lalui. Kanan kiri yang tidak ada pegangan sama sekali ah sudahlah… namun dengan baik hati nya mang rouf mau saya pegang pundak nya, dan berjalan di depan saya untuk membantu agar tidak tergelincir ahh so sweat terimakasih mang rouf, namun tetap saja sudah berpegangan saya tetap jatuh dengan pantat yang mendarat terlebih dahulu, belum lagi debu yang luar biasa menghampiri wajah masuk ke hidung mengotori baju “Bahasa sunda nya mah buladig lah saya teh” pakai buff percuma saja kala itu hidung tetap kamasukan debu, sepatu yang menggunakan geiter percuma pula karna pasir masuk ke sepatu dan celana. 30 menit sampai tenda dengan keadaan baju kotor berdebu kulit wajah yang mulai menghitam karna terik matahari saya bersih bersih dan ganti pakaian akhirnya. 
Adegan masak-masak di mulai lagi oleh dika, dengan menu nasi hangat, nugget dan ikan asin yang kala itu nikmat sekali karna dari sebelum trekking pun perut sudah meminta di isi. Bersantai setelah makan, tiba waktunya packing dan kembali turun ke basecamp karna memperhitungkah jam kami turun jam 14:00 dan sampai ke basecamp jam 17:00 sore bertemu lagi dengan pak alit dengan senyum lebar nya menanyakan keadaan kami berempat, setelah istirahat sekitar 15 menit, dika mulai memanaskan motor yang tertidur 1 hari 1semalam karna di parkir di depan rumah pa alit, kami pun bersiap menggunakan jaget agak sedikit melonggarkan tali temala cerier untuk berangkat menuju bandung, setelah berpamitan dengan pa alit dan beliau pun sangat-sangat menantikan kehadiran kami kembali untuk singgah di rumah nya bilamana mau naik ke Guntur lagi.
2 jam berlalu akhirnya sampai di bandung, kembali transit di rumah salah satu sodara dika. Sudah malam kala itu jam menunjukan pukul 20:00, namun belum juga on the way ke cianjur, ada sesuatu yang tidak bisa saya jelaskan karna menyangkut privasi orang lain. Intinya kami pulang jam 1 malam ke cianjur dengan naik motor namun berbonceng 3 orang yang mengendarai motor mang rouf saya di tengah dan dika paling ujung (tidak patut ditiru) pegal yang sangat-sangat luar biasa kalo tidak salah hanya berhenti sesaat membeli bensin, setelahnya lanjut tidak ada berhenti sampai di cianjur,
Akhirnya sampai di rumah dengan selamat waktu menunjukan pukul 02:30, ya saya sampai subuh di rumah dan untungnya pintu masih di buka kan oleh bapa, love u pak. 

“Hidup adalah perjalanan, lakukanlah perjalanan untuk kehidupan” di kutip dari aksa7art.

See you next trip dika, mang rouf, mang endang, dan diri saya sendiri semoga masih bisa menjelajah dengan kedua kaki kecil ini.





Price yang kami keluarkan 

-Logistic : 50.000/orang

-Bensin motor : 50.000 pp

-Parkir : 20.000/motor

-Makan : 10.000/orang

-Simaksi : 15.000/orang 

karna menggunakan motor kami tidak terlalu menghabiskan uang, bisa saja dengan menggunakan angkutan umum akan lebih mahal. salam 

You Might Also Like

2 komentar