“Masa dengan sedikit bahagia”

January 26, 2019



Awal masuk sekolah pada tahun 2015, saya sebagai anak yang dari dulu tidak pernah berkata tidak pada orang tua masuk ke sekolah dengan basic islami yang mendalam, tidak jadi masalah memang sebelum nya smp sudah seperti itu. Dan juga dekat dari rumah hanya cukup berjalan kaki.
Anak baru seperti biasa, sepatu mengkilat, baju rapih akan jahitan nya, tas, perlengkapan sekolah semuanya, awal-awal bulan sekolah seperti itu baru mengenal teman canggung? Ya. Namun ada untung nya saya sekelas dengan teman yang memang dari MtsN. Pebi namanya, duduk sebangku, berangkat selalu bersama, dia yang selalu rela menunggu padahal saya selalu kesiangan. Di semester awal sekolah dengan mata pelajaran yang disukai  ips termasuk beberapa lintas minat, saya yang diam-diam memang suka ingin selangkah di depan teman-teman yang lain, selalu giat belajar di rumah memang kadang malas selalu saja datang. Senang dengan suasana kelas yang memang kala itu belum ada masalah bersahabat dengan siapa saja, mengobrol tiada yang canggung, swafoto dll. Berangkat dan pulang sekolah terus, ulangan tengah semester dan lanjut ulangan akhir semester.
1 semester telah dilewati dari sini mulai ada masalah-masalah pra remaja yang muncul pada diri saya, beda dari teman-teman yang lain saya tidak terlalu biasa dengan dekat bersama lawan jenis iya laki-laki, sangat selalu kesal karna dulu saya selalu di buly namun, bisa dengan cepat melupakan, padahal kala itu bisa nangis sampai tersedu-sedu karna buly, namun masih belum sesakit karna dikhianati.
Jujur entah ada apa dengan diri saya kali ini ingin mengorek masa lalu padahal berusaha untuk dikubur dengan begitu dalamnya, tiada pernah di keluarkan lagi dari mulut ini, sungguh aneh. Menyakitkan sampai 3 tahun lamanya, itu yang saya rasakan.
Kadang orang memiliki sisi kelam nya masing-masing dengan berbagai caraa menggunakan topeng untuk menutupi,  termasuk diri saya. Percaya atau tidak saya tidak percaya semua orang bahkan teman sendiri, mereka adalah makluk bermunafik dengan wajah manis, saya hanya bisa berdiam entah kenapa, tak kuat menahan sakit, namun hanya tersimpan rapat dalam hati yang terus menumpuk rasa sakit itu sendiri, memenuhi rongga dada dan akhirnya menumpahkan air mata dengan begitu deras, hanya saya yang tau tiada pernah orang lain tau tentang saya bagaimana, begitu menyakitkan nya karna dengan tidak percaya pada orang ada diantara ambang-ambang.
Puncak  dari semua itu, kelas 3 SMA. Ketika depresi namun saya tutupi dengan sakit demam, dan mengaku akan sembuh dalam waktu 3 hari. Mengapa sampai begitu nya? Karna laki-laki? Iya. Saya menyurahkan akan segalanya menyirkirkan ego dalam diri percaya seutuhnya, lalu dihianati. Masih berlanjut dengan teman-teman yang seperti itu masih terasa sakit. Namun saya tidak melupakan kebaikan nya, memang seperti itu. Tetapi terlalu banyak hati ini memunculkan dendam dengan begitu hitam, sampai pernah berbikir untuk apa hidup bila memang di dunia ini tiada lagi yang memang peduli.
Benar kata orang cinta pertama itu sulit dilupakan dan benar-benar akan sulit dilupakan karna memang tidak dapat bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya apakah anda merasa bersalah? Apakah anda merasa begitu kejam terhadap saya? Apakah anda tidak ingin mengucapkan kata maaf sekali pun?
Berkatnya, seorang Lenti Fitriyanti menjadi seperti ini berusaha kuat di depan orang berusaha menghibur orang karna tidak ingin melihat hal yang sama terjadi kedua kalinya terhadap orang lain, melakukan hal gila demi orang lain, teramat terlalu baik pada orang lain. Di dalamnya dikesendirian nya rapuh, bahkan hampir seperti pasir yang tertiup angin, gampang meneteskan air mata, takut untuk membangun suatu hubungan, takut memulai pertemanan, dibayang bayangi selalu akan masa lalu.
Saya tidak berfikir saya orang paling benar di dunia ini, saya selalu merasa jadi titik noda kotor di setiap tempat. Entah dimulai dari kapan selalu berpikir negatif terhadap diri sendiri, bayangkan sudah negative terhadap diri sendiri? Bagaimana pada orang lain? Sebagian besar mungkin ada yang merasakan nya, dan mungkin juga sebagian orang belum pernah merasakan nya, tuhan masih baik terhadap saya, begitu pikiran setelah merasakan akan hal yang tidak benar.
Mulai lagi dari Nol setelah lulus sekolah, tertampar ketika melangkahkan kaki untuk naik gunung, saya terlalu tertutup pada orang, tidak akan ada yang berani membuka nya secara paksa. Biarlah orang lain masuk dengan lenggang tanpa halangan dengan cara membuka pintu. Barulah mulai bisa memaafkan diri sendiri dan juga orang-orang di masalalu. Saya tidak ingin menjadi seorang lenti pada tahun sebelum 2017, saya ingin mempunyai begitu banyak teman dan sahabat, saya ingin selalu membuka pintu maaf pada siapa pun, saya ingin berbuat baik pada siapapun semampu saya.  Betapa banyak orang yang selalu saya abaikan? Hari ini saya menyesal dengan hanya memikirkan nya, saya mungkin mendapatkan balasan yang setimpal pula dengan sekarang diabaikan oleh orang lain juga. Hanya dengen senyum dan saya memikirkan nya kembali. Selalu ada arti hidup dan pelajaran yang di dapat.



You Might Also Like

0 komentar