Pendakian Gunung Pangrango 3019 MDPL
January 16, 2019
PANGRANGO 3019 YANG BERKESAN
Layaknya manusia yang selalu
ingkar janji, saya kira naik gunung tahun ini akan berakhir di papandayan
namun, nyatanya ada rencana yang luar biasa untuk kembali masuk ke dalam hutan
yang hening itu.
18 November 2018 setelah pulang dari
rutinitas perkuliahan, lalu berdiam diri di sebuah warung kopi enak punya anak
muda cianjur, dengan ya teman perempuan paling absurd yang pernah saya kenal
Novi Masyanti sering disebut tupi(edisi prau juga ada). Di awali hanya sekedar
curhat lalu berujung pada rencana yang tidak terduga. Karna memang sudah
mendekati libur akhir tahun banyak sekali orang yang mencari tempat liburan
untuk sekedar menghilangkan penat dan atau untuk kembali pada alam yang tenang.
Namanya M. Rahmat Dzulfiqar yang sering disebut Alip, dengan posisi teman tupi.
Mengirimkan sebuah pesan whatsup yang berisi ajakan naik gunung. Dengan
sebegitunya tupi mengajak saya untuk “naik
gunung yu ah ke pangrango” saya dengan sebegitu polosnya mengatakan “iya hayu, tanggal berapa?” “21 desember, tersenyum” lalu mengabari
Teamhore yang memang teman-teman yang sangat awet dekat karna suka naik gunung
setelah mengutarakan ajakan naik gunung ke pangrango dalam grup whatsup,
menunggu balasan beberapa menit berlalu. Muhammad Fajar atau fajar sering
disebut dia membalas “mau pada kemana
nih?” lalu di balas tupi “hayu kita
ke pangrango teman-teman” semua nya setuju dan dari situlah awal mula bisa
berkunjung ke gunung pangrango. (waktu itu fajar yang seharusnya ikut, namun kendala
izin beliau tidak diperbolehkan dan kemudian di ganti oleh ayub)
Masih banyak waktu menuju ke
tanggal 21 Desember, saya menyisiasati nya dengan mengolah fisik lagi, dengan
jogging tiap 1 minggu 3 kali di sore hari. Selain itu juga sedang fokus untuk
uas kuliah, sambil kerja juga karna belum libur. Ada yang lucu ntah kenapa
seperti pertama kali lagi naik gunung saya terlalu ribet dan lebay mungkin ini
adalah pertama kalinya akan naik ke gunung dengan ketinggian 3019 MDPL, begitu
ribet nya saya sampai-sampai membeli tambahan peralatan gunung. Namun tupi
seperti biasa memang bawaan nya kalem (iyaa
gtu?) “tenang len, masih lama, calm
aja, pasti lancar” saya mengiyakan, hanya saja memang tidak bisa di ubah
kebiasaan terusa kepikiran bila akan kemana saja.
1 bulan sangat terasa cepat,
dengan di isi oleh kerja, UAS, dan jogging. Begitu banyak hal yang di obrolkan
dalam grup whatsup mulai dari akan bertemu dimana?, kapan?, berangkat dari mana?,
belanja logistik, booking SIMAKSI(Surat Izin Memasuki Kawasan Konserfasi) http://booking.gedepangrango.org/ untuk booking simaksi adalah hal pertama yang
kami lakukan, seperti biasa seorang tupi yang menghandle bagian simaksi dan
juga pembayaran, oh ya rata-rata orang malas untuk mengurusi simaksi padahal
itu adalah hal yang paling penting, bahkan jujur untuk saya pribadi. Sangat
barsyukur mempunyai teman seperti beliau “terimakasih
mba”
Sehari sebelum seperti biasa belanja
logistik ke supermall dekat rumah hehe toserba,
main ambil barang yang akhirnya over budget seperti biasa uang ditalangi
terlebih dahulu oleh saya dan tupi, huft
uang menipis.
Akhirnya hari yang direncanakan kala
satu bulan lalu datang, disambut dengan kehangatan dan kesenangan. Hari jumat
tanggal 21 Desember tidak seperti biasanya yang akan pergi kemanapun selalu
gugup, hari itu saya menggapkan biasa saja. Bangun agak siang karna memang
libur kerja, sanggup menonton film terlebih dahulu baru dikala siang hari nya
mulai siap-siap karna memang teman-teman yang lain baru akan datang ke cianjur
agak sore, karna tupi masih kerja ya saya sendiri gabut. Semakin sore saya
berinisiatip untuk membawa peralatan sewa ke tempat penyewaan langganan kami
semua, saya mengantarkan barang ke rumah tupi saat memang orang nya belum ada
di rumah tidak apa sudah biasa teman-teman dari cianjur selatan
memang sudah sampai di cianjur namun masih ada urusan lain katanya. Saya sampai
sempat tidur dirumah karna menunggu mereka, makan sore. Dan kemudian magrib
tiba baru tupi menelpon untuk cepat kerumah nya, saya malas karna sungguh sudah
menunggu lama hahaha
Dari rumah kisaran jam 06:15
menit saya berangkat dengan berpamitan seperti biasa dengan mama dan bapa.
Sebenarnya ke rumah tupi dekat tapi untuk berjalan kaki jauh hehe, memutuskan menggunakan grab bike
jadinya, ketika sampai saya kira teman-teman yang lain sudah datang eh ternyata
belum juga tidak apa menunggu memang sudah ada dalam darah di tubuh saya.
Semakin malam akhirnya tiba juga yang dari sumedang alip bersama teman nya
fikri kesan pertama bertemu mereka “nengak”
dalam bahasa sunda. Mereka berdua tinggi-tinggi ya ampun, sejenak beristirahat
setelah sampai sedikit mengobrol. Lalu mulai mempacking barang, karna alip dan
fikri membawa tas cerier yang ukuran nya kecil jadi saya dan tupi menyarankan
pada mereka untuk memakai tas cerier ukuran besar berhubung tas cerier nya
harus menyewa terlebih dahulu kami ber-4 terpaksa harus ke tempat penyewaan.
Setelah dapat tas sewaan akhirnya teman-teman dari cianjur selatan datang
dengan Dika, Mang roup dan Ayub.
Mulai kembali packing dengan
laki-laki yang membawa tenda, frame, nesting, kompor, dll hehe kali ini saya ingin manja saja dengan hanya membawa peralatan
pribadi dan air untuk sendiri. Tupi yang kala itu membawa logistik namun saya
tidak cemburu haha.
Terlalu ngaret dari perkiraan
awal sampai ke Basecamp TNGGP kami semua harusnya berangkat jam 08:00 malam
akhirnya berangkat jam 09:00 malam kurang lebih, semuanya berangkat dengan
motor saya dengan ayub, dika dengan mang roup, alip dengan fikri, dan Tupi
sendiri dengan membawa motor (ga apa-apa
cwe strong segalanya sendiri ya mba :v) setelah mengisi bensin dll kami
tidak saling mendahului namun tetap selalu ada yang duluan dan selalu ada yang
ketinggalan, untungnya memang sudah janjian di minimarket seantero jagat ada ya
alfamart, saya dengan ayub yang sampai duluan di alfa. Membeli air karna memang
belum membeli air dan sedikit ice cream dari ayub hehe. Menunggu tupi, alip, fikri, dika, dan mang roup lumayan lama.
Dan akhirnya terconnect ke grup whatsup dengan tupi yang memberi kabar bahwa
simaksi ketinggalan, saya cukup tersenyum aneh harusnya panik karna ya tanpa
simaksi tak akan bisa naik ke pangrango dong. Semuanya berkumpul dan
kebingungan sendiri ada yang mencari warnet karna memang gampang untuk simaksi
kata tupi tinggal di print saja. Nah karna keadaan sudah hampir malam kira-kira
jam 10 malam akan cari tempat print kemana? Haha.
Tidak menyerah kami semua ini akhirnya berangkat kembali ke cibodas (Basecamp)
karna memang sampai sudah cukup malam kami semua memikirkan kembali tentang
simaksi esok harinya.
Kami singgah di basecamp tempat
langganan kata tupi, ya memang waktu ke gede pun kami berdiam di tempat ini,
serasa mengulang 1 tahun lalu pertama kali naik ke Gunung gede. bertemu
dengan ibu pemilik yang ramah, semuanya memakirkan motor ke tempat yang sudah
disediakan dengan aman karna akan ditinggal selama 1 hari 1 malam. Agak sedikit
mengobrol dan berbincang, jam sudah menunjukan pukul 11:00 malam, alip dan
fikri yang memang sudah kelihatan cape karna perjalanan jauh dari sumedang
sudah terlelap begitu pun mang roup dan dika, namun beda dengan ayub dia malah
main game PUBG di sebelah saya yang berusaha tertidur, tupi sudah masuk ke fase
dreamland nya.
Malam itu akhirnya bisa cukup
tertidur menyesuaikan badan dengan suhu dingin, kami. saya dan tupi lebih
tepatnya bergegas untuk sholat shubuh dan membangunkan yang lain, matahari
semakin tinggi akhirnya kami semua memikirkan kembali simaksi. Berselang
beberapa lama bisa menemukan tempat print yang sekali print 1 lembar adalah 10
ribu tak apa, dari pada harus gagal naik ke pangrango.
Setelah semuanya sarapan pagi, saat
nya kebalai atau kantor TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) dengan
sudah membawa cerier dan perlengkapan lainnya, kami menargetkan untuk mulai
trekking jam 07:00 pagi namun, kadang sebuah rencana selalu ada yang tidak
terrealisasi dengan begitu mudah. Dika dan tupi yang mengurus simaksi ke balai,
dengan menyertakan KTP yang beberapa belum di fotocopy saya kira akan bisa
dengan menyertakan KTP asli, alhasil pihak balai tidak mau menerima. Lalu saya
dan tupi harus memfotocopy terlebih dahulu KTP dengan jauh ke bawah dari balai (pemanasan sebelum mulai trekking) setelah
itu balik lagi ke balai dengan naik angkot ya bayangkan jalan aspal cukup
menanjak harus kami lalui dedeq lelah
bang.
Simaksi sudah masuk, lalu kami
semua tetap harus menunggu karna ada tes kesehatan, dengan mengantri cukup lama
jam menunjukan sudah pukul 08:00 pagi ini sudah terlalu siang karna dulu waktu
ke gede saya berangkat jam 6 pagi pas sekali. Tes kesehatan sudah, lalu kami
diberi wejangan terlebih dahulu oleh ranger TNGGP seorang bapa berusia kurang
lebih 30 tahun ke atas, dengan logat sunda pastinya. Waktu semakin siang saja.
Dan akhirnya kami semua memulai trekking pada pukul 09:00 pagi, saat akan ke
pintu masuk sudah disuguhkan jalan yang lumayan menanjak namun dengan jalan
aspal, setelah itu berlanjut dengan menyebrangi jembatan kecil nah disitu
kalian akan di suguhi oleh tulisan “selamat datang welcome TAMAN NASIONAL
GUNUNG GEDE PANGRANGO national park” selanjutnya jalan akan berubah menjadi
sebuah tangga dari batu-batu yang disusun.
Sudah sampai kalian akan melihat
sebuah pintu masuk dengan penjaga atau ranger yang akan memeriksa simaksi memeriksa
barang bawaan pendaki. Kami berdoa sebelum pendakian tiada lagi hal yang lebih
penting selain doa kala itu.
Kami memulai trekking dengan
mamasuki kawasan hutan yang lumayan padat di kanan dan sisi kirinya, mendengar
banyak sekali kicauan burung dan suara suara alam lainnya. Jalan yang sedari
tadi sudah bebatuan yang tersusun rapih membuat langkah tidak terlalu berat,
jalan yang ditempuh sekitar 1,5 km masih awal namun cukup lumayan membuat badan
dipenuhi keringat, seperti biasa saya tertinggal tupi, alip, fikri, mang roup
di depan. Hanya tersisa saya dika, dan ayub.
·
Telaga biru – rawa gayonggong (10
menit)
Sampai di telaga biru, akan
disuguhi oleh air yang melimpah ada sungai dekat dengan pos telaga
biru, begitu jernih sampai dasar sungai bisa terlihat. Bila memang kehabisan
air bisa tinggal mengambil air tersebut dan siap sedia menghilangkan dahaga. Di
telaga biru ini sudah mencapai ketinggian 1.500 mdpl telega yang begitu cantik,
spot foto bagus sekali. Setelah puas dengan epicnya telaga warna perjalanan
berlanjut ke rawa gayonggong sudah jelas namanya rawa pasti becek banyak air haha itu tidak benar masih belum tahu
saya pun kapan tepat nya sebuah jemabatan beton ini dibuat dengan begitu
perjalanan dimudahkan karna jembatan ini landai, namun tetap harus hati hati.
·
Rawa gayonggong- Pos panyancangan
(10 menit)
Dengan jembatan beton yang kurang
lebih 1 km, trek kembali berubah dengan jalan menanjak dan bebatuan, jujur saya
tidak terlalu banyak bicara karna untuk mengatur nafas pun sulit, namun selalu
mendengar ocehan-ocehan dika dan ayub yang sering sekali membuat saya tersenyum
(aduh ini lagi ngetik tiba-tiba senyum sendiri, inget konyol nya ayub) terus
jalan dengan 10 langkah lalu berhenti, akhirnya sampai di pos panyancangan
dengan ketinggian 1.628 mdpl disini ada 2 percabangan jalan yaitu lurus ke
curug cibereum dan belok terus menanjak kearah gede pangrango, saya sampai
seorang diri karna ayub dan dika dibelakang. Tupi melambaikan tangan nya
menandakan beristirahat terlebih dahulu di pos panyangcangan saya lihat juga
fikri, alip, dan mang roup sedang istirahat sambil menurunkan cerier
masing-masing. Di pos panyangcangan ada pedagang dan di pos ini ada sebuah
bangunan lengkap dengan menggunakan atap.
·
Pos panyancangan – pos rawadenok
1 (1 jam )
Selesai istirahat beberapa menit
akhirnya perjalan di lanjutkan, awalnya berjalan beriringan dan lalu terpisah
menjadi 2 kelompok di depan ada tupi, fikri, alip, mang roup. Dan dibelakang
ada saya, dika, dan ayub. Tak apa terpisah asalkan jangan terlalu jauh baik
jaga jarak jangan terlalu jauh untuk meminimalisir hal yang tidak di inginkan.
Karna trek ini panjang dan menanjak dengan anak tangga saya tidak terlalu
memikirkan hal lain kecuali jalan dan melangkah agar cepat sampai.
·
Pos rawadenok 1 - pos rawadenok 2
(45 menit )
·
Pos rawadenok 2 – pos batu kukus
1 ( 1 jam 10 menit )
·
Pos batu kukus 2 – pos batu kukus
3 (15 menit )
·
Pos batu kukus 3 – Pos air panas
( 25 menit )
Di pos ini, saya jalan sendiri
karna saya kira teman yang di belakang akan menyusul, entah karna lelah atau
mengantuk tupi yang awalnya di depan, menjadi tersusul oleh saya, alhasil dia
jadi di belakang. Masih dengan pikiran teman-teman yang di belakang akan
menyusul, lalu saya sudah hampir mau menyebrang ke pos air panas, setelah di
pikir-pikir menakutkan bila harus menyebrang seorang diri. Menunggu teman yang
ada dibelakang pada akhirnya, hampir 15 menit berlalu saya menunggu dengan
ditemani banyak nya pendaki lain yang sedang beristirahat pula, terlihat tupi
berjalan menghampiri dia melambaikan tangan pada saya, saya Tanya “ko lama kenapa?” Dengan begitu polos “tidur dulu” antara mau marah sama lucu
saja. Karna yang saya tau dulu pada pendakian perdana saya ke gede dengan tupi
tidak pernah ada kejadian seperti ini :v (tup
anda tuh yaa, selalu bikin parno) ini masih geleng-geleng kepala.
Perjalanan berlanjut melewati air
panas, hanya dengan tupi ya cukup berdua, jujur cukup ngeri melewati air panas
karna memang memiliki bebatuan licin, dan sisi kanan nya adalah jurang. Tapi
untuk pengamanan cukup aman ko karna sudah disediakan webbing atau tali untuk
perpegangan cukup aman namun tetap berhati-hati.
·
Pos air panas – pos kandang batu
(35 menit)
Waktu menunjukan pukul 02:00
petang, saya baru bisa sampai ke pos kandang batu dengan tupi, untung saja
Alip, fikri, dan mang roup sudah sampai disini duluan, lumayan dingin terasa di
pos ini. Berhubung waktunya makan siang kami semua memutuskan untuk
beristirahat sejenak dan makan di area ini, Tidak berselang lama dika dan ayub
datang. Setelah akan siap-siap membuat something food. Gerimis membahasi
sedikit demi sedikit bagian tubuh, dan peralatan yang menyender pada sebuah
kaki pohon besar. Karna hawatir akan semakin deras, tupi berinisitif untuk
membuka flysheet yang mungkin gemas seharusnya sudah di buka sedari tadi. Ya
dikira mudah membuat flysheet terbentang? Ada tambahan alat lain yang
diperlukan yap ‘tali’ berhubung saya lupa entah sengaja atau menggap remeh.
Barang nya tidak terbawa huhu maaf
teman-teman, untung saja tupi bawa tali lain, yang memang akhirnya membantu.
Hanya untuk mengganjal bawah
perut dengan roti isian sosis, kami pun di kandang batu melaksanakan apa yang
memang harus dilaksanakan.
·
Pos kandang batu – pos kandang
badak ( 1 jam )
Tak terasa waktu terus berjalan,
dengan terus ditemani oleh suara alam yang khas, embun yang selalu datang dan
pergi. Perjalanan di mulai kembali waktu menunjukan jam 04:30 sore, yaa kalo
sunda nyamah sarepna. Menuju pos kandang badak tempat camp favorit pendakian
gunung gede pangrango sudah seperti pasar tenda disini kata mba ukiwardoyo.
Sampai di kandang badak jam 05:15
sore. Menunggu magrib, saya berpikiran akan memasang tenda disini ya kandang
badak, dan akan summit pada besok harinya, ternyata dan ternyata setelah sholat
magrib, leader saya dika menanyakan akan lanjut atau tidak?, saya yang memang
lelah menyatakan dalam hati ingin nya sih disini saja nge camp lalu masak dan
makan-makan. Namun, tupi dan teman-teman yang lain masih menyanggupi untuk
terus melanjutkan ke pangrango, sedikit basa basi saya meminta cerier dibawakan
oleh ayub (terimakasih ayub dengan segala hormat dan maaf sebesar gunung yang
di daki padamu)
·
Kandang badak – puncak pangrango (
2 jam, tergantung)
Pada pukul 06:00 magrib dengan keadaan sudah
gelap, namun masih terasa hangat suasana nya karna kami masih berada di kandang
badak dengan you know banyak sekali tenda yang dibangun disini, saya kira ini
tempat adalah area camp ceria saking banyak nya tenda hehe memasang headlamp per masing-masing orang, berkumpul lalu
berdoa kembali.
Saat akan melangkahkan kaki hanya
ada kata “gugup” entah mungkin saya saja atau yang lain pun merasa seperti itu.
Disini adalah moment perdana saya untuk trekking malam yap dari sebelum-sebelum
nya saya tidak mengenal apa dan bagaimana itu trekking malam. tidak terlalu
senang bertemu dengan trekking malam namun, ini adalah sebuah pembelajaran yang
berarti, mulai dari saling melindungi satu sama lain menjaga satu sama lain,
menunggu bila ada yang lelah, Dari situ saya belajar akan pentingnya dan begitu
berartinya teman dalam sebuah kelompok.
Posisi dalam berjalan, dikarnakan
ada headlamp yang cahaya nya redup, kami memutuskan untuk berjalan terus
beriringan. Ada ayub paling depan, lalu alip, saya, dan kemudian tupi, fikri,
dika, dan Mang roup. Dengan hanya bermodalkan rasa percaya satu sama lain dan
dengan pikiran “ah pangrango hanya 2 jam
sudah bisa sampai puncak” kami semua berangkat.
Belum seberapa, 10 menit berjalan
meninggalkan kandang badak, akan masuk ke jalan setapak pangrango sudah terasa
hawa dingin tiba tiba menyergap, tidak ada apa-apa sih sebenarnya saya
berpikiran positif memang suhu udara akan terus menurun semakin malam saat di
gunung. Tupi yang entah kenapa berdiam diri seperti patung selama 1 menit, saya
heran jujur namun tidak bertanya. Dengan keterbatasan cahaya, dan hampir semua
dari kelompok belum ada yang tau trek nya seperti apa. Awalan masuk kami semua
sudah disuguhi pohon tumbang yang memang dibiarkan seperti itu, trek dengan
akar-akar, becek, licin. Kami lalui dengan sangat hati hati. Terus berjalan
sesekali break mengobrol. Sudah lama berjalan, hampir break yang entah
keberapakali dengan jam menunjukan pukul 7, berubah menjadi pukul 8, lalu 9.
Kami masih belum sampai ke puncak pangrango. Disini saya sudah mulai down hanya
berpikir untuk diam saja di tempat malas melangkahkan kaki, ngantuk, dan lapar.
Semakin ke atas trek semakin curam, waktu menunjukan pukul 10 malam. diluar
dugaan sangat ‘katanya 2 jam’ hati
bergumam. Dengan kondisi trek, dan juga semakin malam. kami semua memutuskan
untuk membuka tenda di trek (memang tidak patut di tiru, karna menghalangi jalan),
lahan yang hanya cukup untuk 2 tenda saja, agak landai memang. Hampir jam 11
malam, tenda beridiri dengan semestinya.
Saya yang pertama kali masuk
tenda, memang mata sudah sangat-sangat berat tidak mampu lagi untuk membuka
kelopak mata. Mengeluarkan isi cerier matras dan slepingbag saya hanya
menggunakan jaket dan baju yang dipakai pas treking, setelah itu saya tidak
ingat apa-apa karna tertidur pulas. Hanya ingat bangun jam set 3 pagi karna
alarm hp tupi. (disini gila dingin pake banget) Lalu tidur kembali.
Kicauan burung seperti dalam
rekaman sebuah lagu yang di putar di playlist, begitu indahnya dan saling
bersahutan. Karna kami semua akan mulai treking kembali namun dengan keadaan
tidak membawa cerier iya cerier di simpan ditenda.
Mulai masak untuk sarapan pagi,
lapar sejak tadi malam L dengan koki tupi dan dika.
Asupan amunisi nasi hangat, nugget, sosis, dan kornet siap disantap.
Waktu menunjukan jam 08:00 pagi,
bersiap membawa tas kecil sedikit air, jaket, kompor, dan nesting. Perjalanan
sudah disuguhi oleh trek yang masih sama saat malam, menanjak licin akar akar
pohon, pohon tumbang, dan trek yang semakin ke atas semakin kecil. Namun
sayang, ayub yang mungkin kelelahan saat sedari malam mumutuskan tidak ikut dia
hanya tidur sembari menjaga tenda.
Sampai puncak pangrango
akhirnyaa… pada pukul 11:00 siang, sudah engap (dalam bahasa sunda) namun
senang terbayarkan, mimpi yang terwujud, harapan yang terrealisasi. Istirahat
sejenak mengambil foto dan kami memutuskan untuk menyambangi sebuah surga
tersembunyi pangrango, yaitu Mandalawangi.
·
Puncak pangrango – Mandalawangi
(10 Menit)
Tidak terlalu lama di puncak,
kami turun ke lembah mandalawangi hanya cukup berjalan 10 menit, melewati
pepohonan khas seperti akan ke alun-alun suryakencana. Saya cukup berdecak
kagum dengan mandalawangi kecil namun rapat oleh edelweiss mungkin karna
pangrango dan mandalawangi juga jarang di singgahi oleh pendaki jadi hanya
sedikit orang yang ada di area ini. Kami mencari tempat nyaman untuk menyeduh
kopi, sambil menikmati karya tuhan yang satu ini.
Karna hari yang terus beranjak ke
arah sore, kami bergegas untuk siap-siap kembali turun. Hati mengkerut tidak
ingin rasanya meninggalkan lembah mandalawangi ini, dingin nya kabutnya, pesona
nan cantik akan selalu saya kenang.
Sampai ditenda, jam meunjukan
kurang lebih pukul 02:00 siang, merapihkan cerier dan tenda siap siap
berpamitan dengan pangrango. Ada hal yang lucu ketika turun, saya bisa melihat
bagaimana trek yang di lalui ketika malam “ohhhh
seperti” hanya tersenyum kecut, turun dengan membawa cerier harus loncat
loncat segala karna trek, dan dahan pohon.
Di kandang badak, karna mulai
turun jam 03:15 sore kami akhirnya sampai kandang badak jam 05:00 sore. Dan
masih 8 jam untuk bisa sampai ke basecamp, ya kami treking malam kembali. Karna
memang sekali lagi perjalanan turun itu selalu lebih cepat dan tidak terlalu
lelah, kami semua berinisiatif untuk beristirahat di pos air panas saja. Cukup
untuk mengistirahatkan kaki, memasak mie yang kala itu enak sekali entah
mengapa. (jangan di contoh, terlalu banyak makan mie tidak baik) perjalanan di
lanjut sampai dengan di Basecamp jam 09:00 malam hanya membutuhkan waktu 4 jam
untuk turun, luar biasa kawan.
Sesampai nya di basecamp
beristirahat, pulang ke cianjur kira-kira sampai jam 11:15 malam, berkumpul
kembali di rumah tupi membereskan barang dan baru sampi di rumah jam 01:00 dini
hari, ya selalu pulang subuh :v untung saja mama dengan baik hatinya membuka
kan pintu bagi anaknya ini.
Teramat dan begitu luarbiasa nya
berkesan, saya tidak ingin mengucapkan salam perpisahan pada alip, fikri, ayub,
dika, mang roup dan tupi. 56 jam saya rasa cukup untuk membangun sesuatu yang
lebih dari kata sahabat, terimakasih semua, semoga sehat selalu. See you next
trip
“patah lalu semangat
kembali, berhenti lalu kembali berjalan, mengeluh lalu menyemangati diri
sendiri, sudah malas liat trek ayo bisa, sugesti lelah lalu disugestikan kuat
pasti bisa, perjalanan amat sangat berharga dan luarbiasa”
“bukan gunung yang teramat menakutkan, namun
karna kelakuan bodoh yang tidak seharusnya dilakukan” –Tupi-
Price
yang kami keluarkan :
1. Bayar simaksi Rp. 35.000
2. Bayar tes kesehatan Rp. 25.000
3. Logistic (secukupnya)
4. Bawa uang lebih karna cibodas
adalah tempat wisata yang menyuguhkan oleh-oleh unik.
2 komentar
Aku menemukan banyak aku disini, entah mengapa. Tengkyu for this journey! Sehat - sehat.
ReplyDeletekata lain dari rindu mungkin, entahlah. pembaca setia ini hehe
Delete